Samarinda-realitakaltim.com- Bosé King Cafe, sebuah Cafe yang terletak di Jalan Wahid Hasyim 2, menghadirkan konsep yang segar dan unik, memadukan tempat nongkrong asyik dengan gaya pertemanan dalam nuansa seni musik dan rupa.
Bosé King Cafe lahir dari keinginan untuk menciptakan ruang bagi para penikmat kopi, untuk merasakan suasana pertemanan yang bernuansa seni di Samarinda.
“Kami berkomitmen untuk menyediakan wadah bagi para penikmat kopi yang kami anggap sebagai teman, sambil menikmati suguhan musik dan seni rupa yang ada di Bosé King Cafe,” kata Zakky atau yang akrab disapa Kiki – manager Bosé Cafe, Kamis (23/5/2024).
Menu andalan Bosé King Cafe ada berbagai pilihan seperti kopi, nasi goreng pete, dan nasi goreng ikan asin. Kehadiran tenant lain yang menawarkan aneka minuman menambah variasi pilihan bagi pengunjung, memastikan setiap kunjungan selalu menarik.
Bosé King Cafe berdiri di atas bangunan seluas 300 meter persegi, memiliki jam operasional dari pukul 10.00 – 23.00 Wita, tetapi pengunjung tetap dapat menikmati suasana kafe meski sudah close order.
Fasilitas yang tersedia seperti area parkir luas, ruang AC dan non-AC yang nyaman serta terdapat ruang meeting, musholla siap memanjakan pengunjung.
Selain itu, ia juga menambahkan cafe juga menyediakan alat musik band yang dapat digunakan secara gratis oleh semua pengunjung, serta terdapat lukisan-lukisan karya seniman lokal Samarinda yang terpampang di dinding Bosé King Cafe.
“Kafe ini bukan hanya sekedar tempat menikmati hidangan, kami menyediakan fasilitas alat musik Band yang dapat digunakan oleh semua pengunjung, salah satu yang sering menggunakannya ialah UKM Seni FEB Unmul,” tuturnya.
Dengan 13 karyawan yang sebagian besar adalah mahasiswa, Bosé King Cafe berupaya untuk melakukan pemberdayaan kepada generasi muda, membantu mereka mengembangkan bakat dan jiwa wirausaha.
Bosé King Cafe tidak hanya sekadar tempat bersantai, tetapi juga menjadi episentrum bagi komunitas seni dan musik di Samarinda.
Dengan segmen pasar yang unik dan tanpa khawatir bersaing secara konvensional, kafe ini berhasil menciptakan identitasnya sendiri.
Penulis : Banu
