Paser-Realitakaltim.com- Pasca reformasi 1998, Indonesia memasuki babak baru dalam perjalanan sosial, politik, dan budaya. Di tengah dinamika ini, mahasiswa memiliki peran strategis dalam mendorong perubahan, termasuk melalui organisasi seperti Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM). Sebagai salah satu organisasi mahasiswa terbesar di Indonesia, IMM menawarkan kerangka gerakan yang berpijak pada tiga pilar utama yang dikenal sebagai trilogi IMM: intelektualitas, humanitas, dan religiusitas. Trilogi ini bukan hanya menjadi landasan bagi mahasiswa IMM, tetapi juga menjadi fondasi penting dalam membentuk arah gerakan mahasiswa pasca reformasi.
Intelektualitas sebagai Pilar Utama
Intelektualitas dalam konteks IMM bukan hanya soal kemampuan akademis, tetapi lebih dari itu, adalah kemampuan berpikir kritis dan analitis dalam menyikapi isu-isu sosial, politik, dan ekonomi yang dihadapi bangsa. Reformasi 1998 membawa perubahan besar dalam berbagai aspek kehidupan bernegara, dan mahasiswa dihadapkan pada tantangan untuk memahami dinamika ini dengan baik.
Menurut Abdul Munir Mulkhan, mahasiswa harus mampu menjadi agen perubahan yang tidak hanya terlibat dalam diskusi teoritis, tetapi juga dalam advokasi kebijakan publik. Intelektualitas IMM diarahkan untuk memberikan solusi atas permasalahan masyarakat. Seminar, diskusi, dan pelatihan yang diadakan oleh IMM menjadi wadah bagi mahasiswa untuk mengasah kemampuan ini. Dengan demikian, intelektualitas tidak hanya soal penguasaan teori, tetapi bagaimana pengetahuan tersebut diterapkan untuk memajukan masyarakat.
Humanitas: Kepedulian Terhadap Sesama
Pilar kedua dari trilogi IMM adalah humanitas. Krisis ekonomi dan politik pasca reformasi telah menimbulkan berbagai masalah sosial yang memerlukan perhatian serius. Mahasiswa dituntut untuk tidak hanya mementingkan diri sendiri, tetapi juga terlibat dalam membantu masyarakat di sekitarnya. Nilai-nilai kemanusiaan ini yang terus ditekankan IMM dalam berbagai program pengabdian masyarakat.
Program-program pengabdian masyarakat IMM, seperti pendidikan keterampilan dan pemberdayaan, bukan hanya membantu secara material, tetapi juga menciptakan kesadaran kolektif untuk menciptakan perubahan positif. Pengembangan sikap toleransi juga menjadi bagian dari humanitas, di mana mahasiswa diajak untuk menghargai perbedaan dan memperkuat solidaritas sosial.
Religiusitas sebagai Komitmen Moral
Religiusitas dalam trilogi IMM bukan hanya soal praktik ibadah, tetapi lebih kepada komitmen moral untuk hidup sesuai dengan nilai-nilai agama yang mengajarkan kebaikan dan keadilan. IMM sebagai organisasi berbasis Islam berperan untuk menanamkan nilai-nilai religius dalam setiap aksi sosial yang dilakukan anggotanya. Religiusitas menjadi pendorong bagi mahasiswa untuk berempati terhadap permasalahan sosial di sekitarnya, sekaligus berpikir kritis dalam mencari solusi.
Kegiatan IMM sering kali mengintegrasikan nilai-nilai religius dengan aksi sosial, seperti program dakwah yang membahas isu-isu sosial, ekonomi, dan politik. Ini menunjukkan bahwa religiusitas tidak menghambat intelektualitas, tetapi justru memperkuat komitmen mahasiswa untuk berkontribusi dalam menciptakan perubahan sosial.
Sinergi Ketiga Pilar
Sinergi antara intelektualitas, humanitas, dan religiusitas menjadi kunci dalam gerakan mahasiswa IMM. Melalui sinergi ini, mahasiswa tidak hanya menjadi individu yang cerdas secara akademis, tetapi juga agen perubahan yang peduli terhadap masyarakat, dengan komitmen moral yang kuat. Pengabdian masyarakat yang dilakukan IMM sering kali didahului dengan diskusi ilmiah agar mahasiswa memahami konteks masalah yang dihadapi serta solusi yang dapat diterapkan. Dengan demikian, ketiga pilar ini saling melengkapi dan memperkuat gerakan mahasiswa dalam menciptakan perubahan yang signifikan.
Penulis : Muhammad Fadhil Amin